Kemudian yang tidak kalah menegangkannya, menunggu keluarnya jadwal sidang skripsi, yang disertai dengan nama Penguji sidang skripsiku, dan eng..ing…eng…nama penguji pun keluar dan hahaha……wow ketika itu nama penguji-nya cukup membuat hidup terasa ditutupi awan kelabu (berlebihan hahahaha….). Masa penantian hari ke hari hingga menuju hari sidang pun cukup menegangkan. Mendenga cerita teman-teman yang berhasil lulus sidang, dan ada pula teman tertunda kelulusannya, mendengar cerita teman-teman yang telah diuji oleh para penguji membuatku semakin takut dan rasanya awan tebal semakin merundung diriku (LOL :D), dan waktu sidang skripsiku pun tiba (tanggal 21 Juli 2010, pukul 09.30 WIB di gendung R kelas R301, Ruang sidang B). Selama ± 2 jam berada pada ruang sidang bersama tiga penguji ternyata tidak se-horor yang aku bayangkan. Pada 15 menit pertama memang rasanya dag-dig-dug syer, tetapi setelah itu rasanya lebih tenang. Apalagi penguji-penguji yang pada mulanya cukup mengerikan bagiku, ternyata sidang saat itu seperti sebuah diskusi dengan para dosen yang telah berpengalaman di bidangnya. Banyak masukan yang barkaitan dengan skripsi yang aku dapatkan yang berguna dalam proses revisi skripsiku kemudian. Bahkan perbincangan santai beberapa menit dengan seorang penguji yang pada mulanya aku pikir sangat-sangat mengerikan, ternyata justru membuatku lebih tenang. Sidang berakhir dan aku diminta untuk merevisi beberapa bagian pada skripsiku. Seminggu kemudian, judicium pun dilaksanakan (tanggal 28 Juli 2010, di ruang K305). Kami yang hadir dan diundang pada judicium saat itu dinyatakan berhasil lulus dan berhak mendapatkan gelar sarjana kami.
***
Cerita selama tahun 2010 pun tidak hanya tertulis oleh dan hanya ceritaku sendiri, karena aku tidak hanya hidup seorang diri di muka bumi ini (LOL :p). Berbagai cerita dari orang-orang terdekatku juga telah memberikan warna lain dalam kehidupanku dan juga telah mencatat kisah mereka dalam paragraph hidupku pada tahun 2010. Salah satunya adalah mengenai sebuah ‘pengakuan’. Pengakuan dari seorang kakak mengenai keimanan yang telah beralih. Pengakuan yang sebenarnya telah aku ketahui sejak 2009 dan ia (kakak) telah mengakuinya kepada keluarga. Berbagai gejolak emosi tertumpah dalam kehidupan keluarga kami. Kemarahan, ketidakpercayaan, kejujuran, kebingungan, kesedihan, kepahitan, kekecewaan, kedukaan; beberapa saat melingkupi sistem mikro dalam kehidupanku. Bagaimana kejujuran dari sebuah pengakuan telah memberikan warna lain dalam kehidupanku. Pengakuan ini bukanlah akhir dari cerita kami, justru inilah awal dari paragraf berikutnya dalam cerita kami (aku).
Kabar-kabar manis ini, telah memberikan penawar bagi kepahitan yang terasa dalam kehidupan keluargaku. Hingga aku pribadi bisa merasakan bagaimana kepahitan itu sedikit memudar dari Papa, Mama, dan adikku ketika Perayaan Natal dan Tahun baru beberapa waktu lalu. Pada awalnya aku berpikir bahwa Natal ini akan menjadi Natal terbiru yang akan terjadi dalam kehidupanku (ya,walau ada perasaan sedih yang begitu terasa, terutama ketika kami mengucap syukur melalui doa yang dipimpin Papa beberapa menit sebelum Natal tiba, tanggl 24 Desember 2010, pukul 23,55 WIB, di Bandung), tetapi itu hanya terjadi beberapa saat. Kembali ‘kehilangan’ rohani dengan seorang, nyatanya memang bukanlah hal yang mudah kami lalui. Merayakan Natal sekaligus liburan keluarga di Bandung justru memberikan penyegaran bagi kepenatan yang kami lalui beberapa waktu yang telah terlalui.
Ya, dan inilah tahun 2011. Tentu akan banyak cerita lagi yang akan terekam dalam memori kita pada tahun 2011 ini. Tentu ini membuatku penasaran, apa yang terjadi dan tertulis dalam lembar demi lembar kehidupanku/kita pada tahun ini…
:: Happy New Year Guys !, May LORD bless us always :) ::